Civil Network: Analisis Struktur
News Update
Loading...
Tampilkan postingan dengan label Analisis Struktur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Analisis Struktur. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 April 2025

Analisis Struktur Gedung Tinggi: Metode dan Standar Terkini

Analisis Struktur Gedung Tinggi: Metode dan Standar Terkini

 

Analisis Struktur Gedung Tinggi: Metode dan Standar Terkini



Perkembangan teknologi konstruksi dan kebutuhan akan ruang yang efisien di area perkotaan telah mendorong pembangunan gedung-gedung bertingkat tinggi di Indonesia. Namun, semakin tinggi sebuah struktur, semakin kompleks pula analisis yang dibutuhkan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan penghuninya. Artikel ini akan membahas metode analisis struktur gedung tinggi terkini beserta standar yang berlaku di Indonesia, khususnya berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) terbaru.

Daftar Isi

Karakteristik Gedung Tinggi

Gedung tinggi memiliki karakteristik yang berbeda dengan gedung rendah, baik dari segi perilaku struktur maupun beban yang diterima. Menurut Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH), gedung tinggi didefinisikan berdasarkan beberapa parameter seperti tinggi, proporsi, dan teknologi gedung tinggi yang diterapkan.
Di Indonesia, gedung dapat dikategorikan sebagai gedung tinggi jika memiliki jumlah lantai lebih dari 10 atau ketinggian mencapai lebih dari 40 meter. Beberapa karakteristik utama gedung tinggi meliputi:
  1. Aspek Rasio Tinggi - Rasio antara tinggi dan lebar bangunan yang mempengaruhi stabilitas lateral
  2. Respons Dinamis - Respon terhadap beban dinamis seperti gempa dan angin yang lebih kompleks
  3. Efek P-Delta - Pengaruh deformasi pada stabilitas struktur yang semakin signifikan
  4. Drift Antar Lantai - Perpindahan relatif antar lantai yang harus dikontrol dengan ketat
  5. Kenyamanan Penghuni - Faktor getaran dan osilasi yang mempengaruhi kenyamanan

Metode Analisis Struktur Modern

Saat ini terdapat beberapa metode analisis struktur yang umum digunakan untuk gedung tinggi, di antaranya:

1. Analisis Statik Ekivalen

Meskipun merupakan metode konvensional, analisis statik ekivalen masih diterapkan untuk gedung tinggi dengan ketinggian dan bentuk tertentu. Metode ini mengkonversi beban dinamis (seperti gempa) menjadi beban statik yang ekivalen, yang kemudian didistribusikan ke setiap tingkat bangunan.
Dalam SNI 1726:2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung, metode statik ekivalen hanya dapat digunakan untuk gedung dengan tinggi maksimum 50 meter dan memenuhi persyaratan keteraturan struktur.

2. Analisis Respons Spektrum

Analisis respons spektrum merupakan metode yang lebih canggih dibandingkan analisis statik ekivalen. Metode ini menggunakan spektrum respons desain yang menggambarkan percepatan maksimum struktur sebagai fungsi dari periode natural struktur dan redaman.
Keuntungan metode ini adalah:
  • Memperhitungkan karakteristik dinamis struktur
  • Relatif sederhana dibandingkan analisis riwayat waktu
  • Mempertimbangkan berbagai mode getaran struktur
Untuk gedung tinggi, minimal digunakan 3 mode pertama atau semua mode yang memiliki partisipasi massa kumulatif minimal 90%.

3. Analisis Riwayat Waktu (Time History Analysis)

Analisis riwayat waktu adalah metode yang paling komprehensif dan akurat untuk menganalisis struktur gedung tinggi. Metode ini mensimulasikan respons struktur terhadap beban dinamis yang berubah seiring waktu, seperti rekaman gempa aktual.
Berdasarkan SNI 1726:2019, analisis riwayat waktu dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
  • Analisis Riwayat Waktu Linear - Mengasumsikan perilaku struktur tetap elastis
  • Analisis Riwayat Waktu Nonlinear - Mempertimbangkan perilaku inelastis struktur
Untuk gedung tinggi dengan konfigurasi khusus atau di zona seismik tinggi, SNI mewajibkan penggunaan metode riwayat waktu dengan minimal 7 pasang rekaman gempa yang diskalakan terhadap spektrum desain lokasi.

Standar SNI Terkini untuk Gedung Tinggi

Beberapa standar SNI yang harus diperhatikan dalam analisis struktur gedung tinggi di Indonesia meliputi:
  1. SNI 1726:2019 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung
  2. SNI 1727:2020 - Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain
  3. SNI 2847:2019 - Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
  4. SNI 7833:2019 - Tata Cara Perancangan Beton Pracetak dan Beton Prategang untuk Bangunan Gedung
  5. SNI 1729:2020 - Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
Standar-standar ini telah diselaraskan dengan standar internasional terkini dan menyesuaikan dengan kondisi geologis Indonesia yang berada pada wilayah rawan gempa.

Pemodelan Komputer untuk Analisis Struktur

Analisis struktur gedung tinggi modern tidak lepas dari penggunaan software pemodelan. Beberapa software yang umum digunakan di Indonesia antara lain:
  1. ETABS - Efektif untuk analisis dan desain gedung bertingkat
  2. SAP2000 - Serbaguna untuk berbagai jenis struktur
  3. MIDAS - Unggul dalam analisis nonlinear kompleks
  4. STAAD.Pro - Populer untuk analisis berbagai sistem struktur
  5. Robot Structural Analysis - Terintegrasi dengan platform BIM
Melalui pemodelan komputer, insinyur dapat melakukan:
  • Analisis modal untuk menentukan periode dan mode getaran
  • Simulasi dampak beban angin dan gempa
  • Evaluasi drift dan displasemen struktur
  • Analisis P-Delta dan efek orde kedua
  • Pemeriksaan kapasitas elemen struktur
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang software analisis struktur terkini, Anda dapat membaca artikel kami tentang Software Teknik Sipil Terbaik 2025: Perbandingan dan Rekomendasi.

Analisis Beban Lateral pada Gedung Tinggi

Beban lateral merupakan tantangan utama dalam desain gedung tinggi. Dua beban lateral utama yang perlu dianalisis secara mendalam adalah:

Beban Gempa

Indonesia terletak pada cincin api Pasifik yang rawan gempa, sehingga analisis beban gempa menjadi sangat krusial. Berdasarkan SNI 1726:2019, analisis meliputi:
  1. Penentuan Parameter Percepatan Gempa - Berdasarkan peta zonasi gempa
  2. Klasifikasi Situs - Berdasarkan kondisi tanah lokasi gedung
  3. Kategori Risiko dan Faktor Keutamaan - Berdasarkan fungsi bangunan
  4. Koefisien Modifikasi Respons (R) - Berdasarkan sistem struktur
  5. Spektrum Respons Desain - Untuk analisis dinamis

Beban Angin

Untuk gedung tinggi, beban angin seringkali menjadi beban dominan yang menentukan desain struktur, terutama untuk gedung yang sangat langsing. Analisis beban angin meliputi:
  1. Kecepatan Angin Dasar - Berdasarkan data angin lokasi
  2. Faktor Eksposur - Berdasarkan kondisi topografi sekitar
  3. Faktor Topografi - Mempertimbangkan efek bukit atau lembah
  4. Koefisien Tekanan - Berdasarkan bentuk dan geometri gedung
  5. Analisis Vibrasi Akibat Angin - Melalui model aerodinamis atau wind tunnel testing
Untuk gedung super-tinggi (>300 meter), SNI merekomendasikan pengujian terowongan angin (wind tunnel test) untuk mendapatkan distribusi beban angin yang lebih akurat.

Sistem Struktur untuk Gedung Tinggi

Pemilihan sistem struktur yang tepat sangat mempengaruhi performa gedung tinggi. Beberapa sistem struktur modern yang umum digunakan meliputi:
  1. Sistem Rangka Kaku (Rigid Frame) - Untuk gedung hingga 25 lantai
  2. Sistem Rangka Bresing (Braced Frame) - Meningkatkan kekakuan lateral
  3. Sistem Dinding Geser (Shear Wall) - Efektif menahan gaya lateral
  4. Sistem Tabung (Tube System) - Efisien untuk gedung sangat tinggi
  5. Sistem Outrigger dan Belt-Truss - Mengurangi momen pada core
  6. Sistem Hybrid - Kombinasi beberapa sistem untuk optimasi
Analisis dan desain sistem struktur gedung tinggi memerlukan pertimbangan komprehensif tentang aspek kekuatan, kekakuan, stabilitas, dan ekonomi pembangunan. Untuk pembahasan lebih detail tentang sistem rangka, Anda dapat mempelajari artikel kami tentang Jembatan Rangka Baja: Struktur, Jenis, dan Keunggulannya yang memiliki prinsip serupa.

Tantangan dan Solusi dalam Analisis Struktur

Beberapa tantangan utama dalam analisis struktur gedung tinggi di Indonesia beserta solusinya:

Tantangan:

  1. Ketidakpastian Parameter Seismik - Data gempa historis terbatas
  2. Efek Interaksi Tanah-Struktur - Kompleksitas perilaku fondasi
  3. Variabilitas Properti Material - Ketidakseragaman material konstruksi
  4. Perilaku Nonlinear - Kesulitan memprediksi respons inelastis
  5. Kompleksitas Geometri - Bentuk arsitektur yang tidak reguler

Solusi:

  1. Analisis Sensitivitas - Variasi parameter untuk melihat pengaruhnya
  2. Model Interaksi Tanah-Struktur - Mempertimbangkan perilaku fondasi
  3. Faktor Keamanan Tambahan - Untuk mengkompensasi ketidakpastian
  4. Pendekatan Performance-Based Design - Fokus pada kinerja struktur
  5. Pemodelan 3D Detil - Untuk geometri kompleks
Untuk penerapan analisis struktur pada elemen spesifik seperti balok, Anda dapat mempelajari Panduan Mendesain Balok Beton Bertulang Sesuai SNI: Langkah Demi Langkah yang telah kami bahas sebelumnya.

Referensi

  1. SNI 1726:2019 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung
  2. SNI 1727:2020 - Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain
  3. Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) - "Tall Buildings: Structural Systems and Aerodynamic Form", 2021
  4. Taranath, B.S. - "Structural Analysis and Design of Tall Buildings", 2022
  5. Departemen Pekerjaan Umum - "Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG)", 2021
Tags: #gedungtinggi #analisisstruktur #SNI #tekniksipil #strukturbangunan #gempa #bebangempa #bebanangin #konstruksi #highrise

Rabu, 02 September 2020

Perencanaan Portal Gable

Perencanaan Portal Gable

 Perencanaan Portal Gable

perencanaan-portal-gable


Kriteria Desain :

  • Peraturan Perencanaan
  • Standar Material Baja Struktur
  • Spesifikasi Baja Struktur

Pembebanan Pada Struktur :

  • Beban Mati dan Beban tambahan
  • Beban Hidup
  • Beban Angin
  • Beban Gempa

 Baca Juga :  Standard dan Peraturan Teknik Sipil

STANDAR PERATURAN PERANCANAAN

Peraturan Pembebanan:

  • SNI 1727-2013, Beban Minimum  untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain-lain.
  • SNI 1726-2019, Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung

Perencanaan Baja:

  • SNI 1729:2015, Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.
  • SNI 7860:2015, Ketentuan Seismik untuk Struktur Bangunan Gedung Baja
  • SNI 7972:2013, Sambungan Terprakualifikasi untuk Rangka Momen Khusus dan Menengah Baja pada Aplikasi Seismik.

Perencanaan Beton:

  • SNI 2847:2013, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.

STANDAR MATERIAL BAJA STRUKTUR

Baja Pelat dan Profil

  • JIS G3101-SS400, Carbon Steel Square for General Structural Purposes

Baut

  • ASTM A325-14, Standard Specification for Structural Bolts, Steel, Heat Treated,120/105 ksi-Minimum Tensile

Angkur

  • ASTM A307-14, Standard Specification for Carbon Steel Bolts, Studs, andThreaded Rod 60 ksi-Tensile Strength.

BEBAN MATI

Beban mati struktur (Dead Load) merupakan berat sendiri struktur, yang besarnya bergantung pada berat jenis materialnya. Dalam perencanaan struktur, berat jenis material yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Beton    : 2400 kg/m3
    Baja      : 7850 kg/m3

Program dapat memperhitungkan beban mati secara otomatis berdasarkanb erat per volume dari masing-masing material.

BEBAN HIDUP ATAP

Beban hidup Atap (Live Load Roof) pada perencanaan ini adalah: 
  •     Beban hidup pada atap: 96.00 kg/m2 (SNI 1727:2013)
Dengan mengaplikasikan reduksi sebesar 0.6 dan dibulatkan, maka dapat diambil:
  •     Beban hidup pada atap: 60.00 kg/m2

BEBAN ANGIN

Berdasarkan SNI 1727 Ps l26 - Persyaratan Umum beban Angin, untuk perhitungan kecepatan beban angin diperlukan pertimbangan dan parameter sebagai berikut:
  • Kategori Resiko Bangunan Gedung
            faktor-resiko-bangunan
  • Kecepatan Angin Dasar, V = 39.9 m/s
kecepatan-angin-dasar

  • Faktor Arah Angin, KD
faktor-arah-angin
  • Kategori Eksposur
  1. Eksposur B : Untuk bangunan gedung dengan tinggi atap rata-rata kurang dari atau sama dengan 30 ft (9,1 m), Eksposur B berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah, sebagai mana ditentukan oleh Kekasaran Permukaan B, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang lebih besar dari 1.500 ft (457 m). Untuk bangunan dengan tinggi atap rata-rata lebih besar dari 30 ft (9,1 m), Eksposur B berlaku bilamana Kekasaran Permukaan B berada dalam arah lawan angin untuk jarak lebih besar dari 2.600 ft (792 m) atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar.
  2. Eksposur C : Eksposur C berlaku untuk semua kasus saat Eksposur B atau D tidak berlaku. 
  3. Eksposur D : Eksposur D berlaku bila mana kekasaran permukaan tanah, ditentukan oleh Kekasaran Permukaan D, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang lebih besar dari 5.000 ft(1.524 m) atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar. Eksposur D juga berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah lawan angin dari situs B atau C, dan situs yang berada dalam jarak 600 ft (183 m) atau 20 kali tinggi bangunan, mana yang terbesar, dari kondisi Eksposur D sebagaimana ditentukan dalam kalimat sebelumnya.
  • Faktor Topografi, KZT
Efek peningkatan kecepatan angin pada bukit, bukit memanjang dan tebing curam yang terisolasi akan menimbulkan perubahan mendadak dalam topografi umum, terletak dalam setiap kategori eksposur, dimasukan dalam perhitungan beban angin.
Dengan parameter mengikuti sesuai kasus pada Gambar berikut :

faktor-topografi
Pada kondisi bangunan pabrik diambil nilai Faktor Arah Angin, Kzt = 1.00

  • Faktor efek Tiupan Angin, G = 0.85
Faktor efek tiupan angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain yang kaku boleh diambil sebesar 0.85
Faktor tiupan Angin, G = 0.85

  • Faktor Elevasi Dasar, Ke
Faktor elevasi dasar untuk menyesuaikan dengan densitas udara, "Ke" dimana dapat ditentukan berdasarkan elevasi. Namun, untuk pertimbangan yang konservatif, dapat digunakan untuk seluruh elevasi.
Faktor Elevasi Dasar, "Ke" = 1.00

  • Koefisien Eksposur Tekanan Velositas, KZ atau KH

  • Tekanan Velositas, qz
Tekanan velositas, qz dievaluasi pada ketinggian z harus dihitung dengan persamaan berikut:
qz = 0.63 Kz.Kzt.Kd.V^2
Dimana :
Kd = faktor arah angin
Kz = koefisien eksposur tekanan velositas
Kzt = faktor topografi
V = Kecepatan angin dasar
  • Beban Angin pada Atap
Gaya Angin (p) kg/m2 = q . G . Cn 
beban-angin-atap


  • Beban Angin pada Dinding
Gaya Angin (p) kg/m2 = q . G . Cp

beban-angin-dinding1

beban-angin-dinding2.jpg

Demikian penjelasan mengenai tahapan pembebanan dalam merancang portal gable berdasarkan SNI 1727 - 2013. Untuk mengenai pembahasan beban gempa akan dibahas pada artikel selanjutnya.

Minggu, 03 Mei 2020

Cara menghitung tulangan balok

Cara menghitung tulangan balok

Cara menghitung tulangan balok


Berikut merupakan contoh menghitung tulangan balok dengan tulangan tunggal.
Diketahui :
L              = 4.5 m
qLL         = 25 kN/m
qDL        = 17 kN/m
f’c           = 25 N/mm2
fy            = 390 N/mm2
b             = 300 mm
h             = 450 mm

a.       Menghitung momen lentur terfaktor (Mud)

§  Berat sendiri balok         =  0.30*0.45*24 = 3.24kN/m
§  Beban mati (qDL)           = 17 + 3.24 = 20.24 kN/m
§  Beban hidup (qLL)          = 25 kN/m
§  Beban terfaktor (qud)      = 1.2 DL + 1.6 LL
= (1.2 * 20.4) + (1.6 * 25)
= 64.288 kN/m
§  Momen terfaktor (Mud)  = 1/8 *qud *L2
= 1/8 * 64.288 * 4.52
= 162.729 kN-m

b.      Menghitung luas tulangan perlu (As)

Digunakan persamaan berikut :



Dipilih 4D22 = 1520 mm2
ρ              = As / b.d             = 1520/(300*400)            = 0.01267   
ρmin         = 1.4/fy                 = 1.4/390                         = 0.00359
ρmaks         = 0.75 ρb             
    = 0.75 * 0.85{(0.85 * 25 )/390} * {600/(600+390)}
                = 0.75 * 0.02807                                            = 0.02105

Maka :
ρmin < ρ < ρmaks, memenuhi syarat sebagai tulangan lemah (under reoinforced)

c.       Menghitung kapasitas momen terfaktor (Mnk)

             = As*fy / (0.85*fc’b)
= (1520*390) / (0.85*25*300)
                = 92.988 mm
φMnk    = φ As fy (d-a/2)
                = 0.8*1520*390*(400-92.988/2)
                = 167646630 Nmm
                = 167.65 kN-m

d.      Cek kapasitas momen


Jadi   Mud = 162.729 kN-m            <             φMnk = 167.65 kN-m


Berikut merupakan contoh cara menghitung tulangan balok dengan tulangan sederhana. untuk pertanyaan lebih lanjut bisa tulis dikolom komentar.

Notification
Terima kasih telah berkunjung di website kami, Semoga Bermanfaat. Best Regards
Done